Makassar – Camilan khas Makassar serupa pastel, jalangkote sedang ramai dibicarakan di media sosial. Disebut-sebut jalangkote lebih enak dimakan dalam posisi jongkok. Fakta atau mitos?
Di media sosial, terutama kalangan orang Makassar, ramai bahasan tren cara makan jalangkote yang unik. “Massipa (enak) mentong kalo makan jalangkote sambil jongkok,” tulis salah seorang warganet di TikTok.
Lantas apakah hal tersebut fakta atau hanya mitos belaka?
Budayawan Bugis-Makassar Universitas Hasanuddin (Unhas) Dr. Firman Saleh menyebut kegiatan tersebut sudah menjadi kebiasaan masyarakat. Hal ini dikarenakan proses bagaimana awalnya jalangkote itu dijajakan.
“Ya, jadi biasanya kan penjual jalangkote itu kan begini, jalangkote itu kan dari nama ‘jalang’ kemudian ‘kote’. Jalang itu kan dia berjalan sambil berteriak, kote (artinya) berbunyi,” jelas Firman kepada detikSulsel Kamis, (16/11/2023).
“Nah, jadi dia menjajakan jalangkote itu dengan sambil berjalan. Nah, kan biasanya kalau ada orang yang mau dia kan tidak punya tempat. Jadi kalau dia singgah di manapun dia singgah, orang makan pasti makan dengan jongkok. Bukan dengan duduk di kursi atau di mana,” sambungnya.
Oleh karena itulah, makan jalangkote sambil jongkok terus berkembang menjadi kebiasaan masyarakat. Selain itu, dia menyebut makan jalangkote sambil jongkok juga memiliki nilai moral untuk tidak makan sambil berdiri.
“Ya, kalau saya interpretasinya begini biasanya kan ada orang makan sambil berdiri. Supaya mengajak orang untuk makan tanpa berdiri makanya karena dianjurkan juga jangan pernah makan sambil berdiri. Tapi makan itu dengan cara duduk. Jadi makanya dibuatlah bagaimana supaya ideologi orang atau pola pikir orang untuk makan jalangkote itu enaknya sambil jongkok,” jelas Firman.
Namun, Firman menjelaskan tren jalangkote lebih nikmat dimakan dalam posisi jongkok hanyalah mitos. Menurutnya, makan jalangkote tidak hanya soal enaknya, tetapi di sisi lain juga memberikan pesan moral untuk tidak makan sambil berdiri.
Ilustrasi jalangkote. Foto: detikfood/iStock
“Kita kan lihat kalau saya dari orang saya akademisi melihatnya bahwa ini menjadi dijadikan mitos ya. Kalau dalam bahasa kami dijadikan mitos supaya ideologi orang terbangun supaya pada etika saat makan tidak boleh berdiri,” jelasnya.
Firman menambahkan tren makan jalangkote sambil jongkok menjadi salah satu upaya memperkenalkan jajanan tradisional tersebut. Menurutnya, hal tersebut juga merupakan strategi untuk menarik minat masyarakat luas.
“Jadi memang dibuatkan branding bahwajalangkote itu enak ditambah lagi apabila dimakan dengan cara jongkok kan begitu. Jadi ini salah satu strategi pasar juga, ada nilai ekonominya, ada nilai budayanya, ada nilai sosialnya, ada nilai-nilai pendidikannya,” tutupnya.
Lalu makan jalangkote sambil jongkok disebut baik untuk kesehatan. Benarkah?
Dosen Gizi Stikes Nani Hasanuddin Dinda Tri Lestari, S.Gz., M.Gz, turut menanggapi tren makan jalangkote sambil jongkok. Menurutnya hal tersebut merupakan kebiasaan yang bagus diterapkan. Dari segi kesehatan, makan saat posisi duduk atau jongkok dapat membantu proses pencernaan dalam tubuh.
“Itu kak kalau dari saya pahami kalau dari teorinya. Jadi memang kenapa sebaiknya juga orang makan bukan hanya pada saat makan jalangkote itu dalam kondisi duduk ataupun jongkok. Karena dengan duduk juga itu kita bisa menekan otot juga, nah itu bisa menekan otot. Jadi kita bisa membantu kerja otot perut mengeluarkan cairan pencernaan seperti membantu proses pencernaan di dalam tubuh,” kata Dinda kepada detikSulsel Kamis, (16/11).
Dinda menyebutkan, berdasarkan sebuah penelitian di Universitas Florida makan sambil berdiri tidak dianjurkan karena dapat memicu stress sebab adanya hormon kortisol (stress). Hormon ini muncul akibat dorongan saat kita makan berdiri ada gaya gravitasi yang mendorong darah ke bagian bawah tubuh sehingga menyebabkan jantung bekerja lebih keras.
Jantung memompa darah kembali ke bagian atas tubuh saat makan berdiri. Hal tersebutlah yang menyebabkan hormon kortisol meningkat dan mengurangi sensitivitas sensorik sehingga dapat berpengaruh ke cita rasa makanan juga.
“(Menurut sebuah penelitian) makan pada saat posisi berdiri itu dia bisa memicu adanya stress karena adanya hormon kortisol. Kan ada yang namanya hormon stress namanya kortisol. Nah itu dia bisa memicu hormon itu karena dorongan karena kita makan berdiri itu ada gaya gravitasinya mendorong darah ke bagian bawah tubuh. Dan itu menyebabkan jantung bisa bekerja lebih keras dan memompa darah kembali ke bagian atas tubuh,” ujarnya.
“Ketika hormon kortisolnya meningkat itu ada namanya relaksi yang bisa mengurangi sensitivitas sensorik, nah itu berdampak ke rasanya seperti itu,” terangnya.
Sementara soal makan sambil jongkok dapat membuat jalangkote lebih enak, Dinda menyebut yang sebenarnya memberikan rasa enak pada makanan adalah dari makanan itu sendiri. Oleh karena itu, kembali lagi soal cita rasa makanan bergantung pada bahan dari makanan tersebut.
“Jadi sebenarnya kalau dari segi teori khususnya dari gizi itu kan sebenarnya memberikan rasa itu adalah dari makanan itu sendiri ataupun produk makanan seperti itu misalnya tadi contohnya seperti jalangkote. Yang memberikan rasa itu paling efektif dan lebih banyak itu dari makanannya,” terangnya. https://beritaberitaterbaru.com